Saturday, October 3, 2009

MUDIK

  MUDIK
 
            Mudik selama ini sering diartikan orang secara fisik: kembalinya kaum urban ke kampung halamannya untuk salam-salaman sekaligus untuk bersilaturahmi. Maka, berbondong-bondonglah orang ke kampung halamannya yang ditargetkan minimalsekali dalam setahun. Bila perlu, tabungan selama setahun di perantauan pun habis tidak masalah, sejauh ia bisa kembali ke masa lalunya kumpul dengan keluarga atau suasana kampungnya. Hukum ekonomi atau logika untuk sementara kita jadi tidak berlaku di sini.
            Pepatah Tionghoa mengatakan: "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya". Hal initerasakan sekali pada saat menjelang hari raya Idulfitri (Lebaran), dimana banyak sekali orang kejangkitan penyakit "Rindu Mudik". Pada saat kita rindu mudik, kita teringat akan kampung halaman dan orang-orang yang kita kasihi, hal ini membuat kita jadi sedih dan sakit, Kita teringat akan kampung halaman, orang tua, masa-masa yang indah diwaktu kecil
Mungkin anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan battere.
Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman rasa kasih dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita.
            Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha, ketika dirantau anda tetap saja Mr/Msr Nobody, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.
Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan kita
Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota maupun di luar negeri pada hari Lebaran dapat bertemu dengan saudara, keluarga, serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan. Pada saat mudik kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita
  


  

2 comments:

  1. wah saya harus komen apa ya.... mungkin untuk pengembangan (mudik part-2) kamu bisa ceritakan tentang mudik kamu sendiri..... apa yang kamu rasakan dr mudik tersebut? benarkan hp-nya sudah di charge lg... :)

    update terus ya.... dan tambahkan kategori lainnya... :)

    ReplyDelete
  2. makasih atas comment nya bu
    heheheh hp nya udah full bu di chargenya...

    ReplyDelete